BUTET, UMBU, SITI, DAN TOAR
Suatu malam Butet bermimpi menjalankan bisnis mobil dengan sebuah perusahaan Asing. Ia diundang dalam sebuah pertemuan dimana ia di perkenalkan dengan seorang tamu yang mirip orang Cina atau Jepang. Dalam mimpinya, ia menandatangani sebuah lembaran kertas yang disodorkan oleh kenalan barunya itu. Butet yakin bahwa mimpinya itu bertanda berkah bagi bisnisnya. Hamper lima bulan setelah mimpinya yang sudah hamper dilupakannya, ia menerima telepon dari seorang rekan yang ingin bertamu ke kantornya. Dia juga menduga kalau ternyata temannya dating bersama tuan Yamato, yang kemudia menjadi rekan bisnisnya. Pengalaman demikian sering di alaminya. Oleh Karena itu, ia selalu mempercayai mimpi, feeling, dan sensitivitasnya.
Lain halnya dengan Umbu. Sejak awal umbu telah memperhitungkan bisnis baru yang ditawarkan oleh teman-temannya untuk dikerjakan bersama itu akan gagal. Berdasarkan pengalamannya, bisnis yang mulai dengan semata-mata mengandalkan back up pejabat tidak memiliki akar yang sehat. Benar saja. Belum genap enam bulan perkiraan Umbu terbukti. Rekan-rekan bisnisnya hanya mengandalkan pengaruh relasi mereka di birokrasi dan tidak membuat rencana menyeluruh serta pengembangan yang kontinu: pernahkah anda memperkirakan dengan masak-masak namun ternyata meleset? Atau sebaliknya, perkiraan ada sangat jitu? Hm…, itulah kehebatan “akal sehat” atau pikiran sadar anda.
Siti sedang menjemput anaknya joko di sekolah ketka peristiwa itu terjadi. Memang ia hanya melihat ulah seorang anak sekolah menengah yang mengenaskan ketika diusir secara kejam lantaran ia tidak dapat membayar uang sekolahnya.
Namun hati Siti sangat tersentuh tanpa diketahui penyebabnya. Air matanya mengalir tak henti-hentinya. Malamnya ia tida bisa tidur lantaran trus memikirkan anak itu. Ia menceritakan kepada Ahmad, suaminya, dan besoknya mereka pergi menemui anak itu dan menebus semua utang biaya sekolahnya. Ia begitu bahagia.
Toar adalah orang yang kadang dianggap tidak pernah berfikir. Apapun yang dilihatnya dan dianggap belum beres langsung dibereskannya. Sepeti piring kotor, memperbaiki kompor rusak, memperbaiki jaringan listrik, pergi belanja, membersihkan halaman belakang rumah, apa saja. Ia juga dapat meniru orang dalam melakukan apa saja. Sekali saja melihatnya, ia langsung dapat melakukannya. Hm…, hebat juga,ya? Apa saja yang dilihatnya “kurang beres”, tanpa banyak pikir langsung dibereskan. Atau apapun yang dilihatnya dilakukan oleh orang lain da dianggapnya baik, lansung saja dia menirunya dan melakukannya dengan baik pula.
0 komentar:
Posting Komentar