Nama : Jaenal
NPM : 13110696
Kelas : 2KA27
perkembangan UKM dalam mengeksport
Pengenalan Dasar UKM
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Mengingat pengalaman yang telah dihadapi oleh Indonesia selama krisis, kiranya tidak berlebihan apabila pengembangan sektor swasta difokuskan pada UKM, terlebih lagi unit usaha ini seringkali terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam skala kecil dan belum mampu bersaing dengan unit usaha lainnya.
Klasifikasi UKM
Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu :
Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu :
1. Livelihood
Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari
nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohya adalah
pedagang kaki lim
2. Micro
Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki
sifat kewirausahaan
3. Small
Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan
mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor
4. Fast
Moving Enterprise, merupakam UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan
akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB)
Ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam perkembangan UKM saat ini, yaitu:
- Faktor upaya untuk mulai menciptakan produk itu dari nol, hal ini berkaitan dengan desain, artinya banyak para UKM kita yang masih meniru atau memperbanyak. Kondisi tersebut hamper 90 persen dan yang 10 persen adalah yang benar benar pencipta atau kreator.
- Kurangnya penghargaan terhadap creator, baik dari masyarakat maupun pemerintah. Hal itu yang menyebabkan para pelaku bisnis malas untuk mendesain, karena penghargaan terhadap desainer ternyata masih kurang.
- Birokrasi, pemerintah sepertinya tidak menangani sektor ini secara serius. Para pelaku bisnis disektro UKM mayoritas hanya tahu bagaimana memproduksi dan setelah itu menjual, oleh karena itu semestinya jangan dipersulit dengan berbagai birokrasi.
- Marketing, hanya sekitar 10 sampai 20 persen saja dari para UKM yang mampu merambah pasar melalui teknologi internet. Kebanyakan masih menggunakan teknologi secara manual, yang menjadi kendala tersendiri dari pemasaran.
- Permodalan terutama pada sektor perbankan, birokrasi dan kebijakan yang sepihak dari perbankan juga sangat menyulitkan UKM. kendala lain adalah tingginya suku bunga.
- Assosiasi atau kesadaran para pengrajin untuk berasosiasi masih kurang. Meski sesungguhnya asosiasi tersebut bisa bergerak dan membantu apabila anggota mau membangun untuk maju terlebih dahulu.
- Promosi, masih banyak UKM yang menganggap promosi hanya membuang uang dan waktu. Padahal, ini faktor yang cukup penting.
- Rendahnya membuat jaringan bisnis. Padahal, tanpa jaringan sebuah bisnis tidak akan berjalan.
- Manajemen yang digunakan UKM masih sederhana dan perlu dikembangkan. Bahkan ada yang beranggapan manajemen hanya untuk perusahaan besar.
Produksi garment disamping ditujukan untuk pasaran domestik, juga
untuk pasar ekspor. Menurut statistik ekspor, komoditi ini dikelompokan menjadi
dua pos tarif Harmonyzed System (HS), yaitu HS No 61 dan No 62. HS No. 61
adalah ‘barang dan perlengkapan pakaian rajutan atau kaitan’.. Sedangkan HS 62
adalah ‘barang dan perlengkapan pakaian, tidak dirajut atau dikait’.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dalam tahun 1997-1998
ekspor garment Indonesia ke mancanegara mengalami penurunan. Merosotnya nilai
tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika (dan berbagai mata uang asing lainnya)
pada waktu itu sebenarnya membuka peluang untuk meningkatkan ekspor garment
Indonesia, mengingat harganya menjadi lebih kompetitif dibandingkan
negara-negara pesaing lainnya yang tidak terkena krisis. Tetapi berbagai isu
politik dan keamanan yang melanda Indonesia, sangat menghambat kelancaran arus
ekspor ke luar negeri, bahkan produksi pun ikut terhambat. Di sisi lain, krisis
ekonomi juga terjadi di sejumlah negara di kawasan Asia serta negara-negara
lainnya di dunia, yang sebagian besar merupakan pasar utama ekspor garment
Indonesia. Sebagai akibatnya, ekspor Indonesia pada tahun 1997 dan 1998
mengalami penurunan yang tajam.
Pada tahun 1999, perekonomiaan dunia dan kepercaayaan asing
terhadaap kondisi Indonesia secara bertahap kembali pulih sehingga ekspor
garment kembali bangkit. Hal ini terlihat dari volume ekspor garment yang pada
tahun 1999 meningkat 68% yang merupakan peningkatan terbesar dalam 6 tahun
terakhir. Pada tahun 2000, volume ekspor meningkat 7,4%, sedangkan nilainya
meningkat 22%, sedangkan di tahun 2001, volume ekspor meningkat sebesar 4,1%
namun nilainya turun -4,8%. Secara keseluruhan laju pertumbuhan ekspor komoditi
ini selama periode 6 tahun terakhir.
sumber :
http://davidwibisono.blog.com/2011/01/10/artikel-ukm/
http://banking.blog.gunadarma.ac.id/2011/01/12/artikel-tentang-usaha-kecil-menengah/
http://cynthiaprimadita.blogspot.com/2011/04/makalah-usaha-kecil-menengah.html
terima kasih artikelnya bagus sekali nambah" pengetahuan. , sukses selalu
BalasHapus